Dewa Helios Dan Apollo

Dewa Helios Dan Apollo

Kisah Cinta Apollo dan Daphne

Apollo, meskipun dikenal sebagai dewa yang tampan dan gagah, sering kali mengalami nasib buruk dalam urusan cinta. Salah satu kisah cintanya yang paling terkenal adalah tentang Apollo dan Daphne. Apollo jatuh cinta pada Daphne, seorang nimfa, setelah terkena panah Eros (dewa cinta), tetapi Daphne tidak membalas perasaan Apollo.

Dalam upayanya melarikan diri dari Apollo, Daphne meminta bantuan ayahnya, dewa sungai Peneus, yang kemudian mengubahnya menjadi pohon laurel. Apollo, yang patah hati, memutuskan untuk menghormati Daphne dengan menjadikan daun laurel sebagai simbol kehormatan dan kemenangan. Sejak itu, mahkota laurel menjadi lambang kemenangan dalam banyak kompetisi di Yunani kuno, khususnya di Pythian Games, festival yang diadakan untuk menghormati Apollo.

Meskipun Apollo adalah dewa yang penuh kebijaksanaan dan keindahan, ia juga pernah dihukum oleh Zeus karena terlibat dalam pemberontakan bersama beberapa dewa lainnya melawan penguasa Olympus.

Apollo dan Kontes Musik

Sebagai dewa musik, Apollo sangat bangga dengan keterampilannya bermain lira, instrumen musik yang ia pelajari dari Hermes. Banyak kisah yang menceritakan tentang Apollo terlibat dalam kontes musik dengan musisi lain, baik dewa maupun makhluk fana. Namun, keangkuhannya dalam seni sering kali memicu konflik.

Salah satu kontes musik terkenal yang melibatkan Apollo adalah pertandingannya dengan Marsias, seorang satir yang menemukan alat musik aulos (seruling ganda). Marsias, yang percaya bahwa ia lebih baik daripada Apollo, menantang dewa tersebut dalam kontes musik. Para Muses dipilih sebagai juri untuk menentukan pemenang.

Keduanya bermain sangat baik, tetapi pada akhirnya Apollo mengalahkan Marsias dengan memainkan lira dan menyanyikan lagu yang indah. Sebagai hukuman atas keangkuhan Marsias, Apollo menguliti Marsias hidup-hidup, sebuah tindakan yang menunjukkan sisi gelap dari karakter Apollo.

Dalam kisah lain, Apollo bersaing dengan Pan, dewa alam liar dan penggembala, dalam kontes musik. Pan memainkan serulingnya, sementara Apollo memainkan lira. Raja Midas, yang hadir sebagai salah satu juri, lebih menyukai musik Pan. Karena tersinggung dengan penilaian Midas, Apollo mengutuknya dengan telinga keledai sebagai hukuman. Kisah ini menegaskan dominasi Apollo sebagai dewa musik sekaligus memperlihatkan sifat pendendamnya.

Dewa Matahari dan Cahaya

Apollo sering diidentifikasi sebagai dewa matahari, meskipun Helios adalah dewa utama yang mengendarai kereta matahari melintasi langit. Seiring berjalannya waktu, Apollo mulai dianggap sebagai personifikasi cahaya, yang tidak hanya secara fisik menerangi dunia, tetapi juga membawa kebenaran, kebijaksanaan, dan kesucian. Apollo adalah simbol dari kekuatan yang menerangi baik tubuh maupun jiwa manusia, dengan perannya sebagai pembawa cahaya sejati dalam kehidupan.

Salah satu aspek paling penting dari Apollo adalah perannya sebagai dewa ramalan. Kuil Apollo di Delphi adalah salah satu tempat suci paling terkenal dalam dunia Yunani kuno. Di sana, seorang pendeta wanita yang dikenal sebagai Pythia akan menyampaikan ramalan dari Apollo kepada para pemohon yang datang dari berbagai penjuru Yunani untuk mencari jawaban atas pertanyaan mereka.

Orakel di Delphi menjadi pusat spiritual dan intelektual yang sangat penting, di mana keputusan-keputusan besar, baik politik maupun pribadi, sering kali didasarkan pada petunjuk yang diberikan oleh Apollo melalui Pythia.

Dewa United Apollo (previously known as XCN Dewa) is a Indonesia Free Fire team under Dewa United Esports, a esports organization based in Indonesia

(Aditia Maulana Gumay)

(Fahrul Saeful Hidayat)

Fahrul Saeful Hidayat

(Rehan Maghfur Al-Ghifari)

Rehan Maghfur Al-Ghifari

Apollo, salah satu dewa paling terkenal dalam mitologi Yunani, adalah dewa yang melambangkan cahaya, musik, ramalan, dan seni. Dikenal karena ketampanan dan kecerdasannya, Apollo memiliki banyak cerita menarik yang melibatkan berbagai aspek kehidupannya sebagai dewa dan interaksi dengan manusia serta makhluk mitologi lainnya. Artikel ini akan membahas beberapa kisah penting dalam kehidupan Apollo, mulai dari kompetisi musik hingga hubungan romantisnya yang tragis.

Mengabdi pada Admetos, Raja Ferai

Sebagai bagian dari hukumannya, Apollo diperintahkan untuk mengabdi sebagai pelayan manusia selama setahun. Ia menghabiskan waktu ini melayani Admetos, raja Ferai di Thessalia. Selama pengabdiannya, Apollo menunjukkan kebaikannya dengan membantu Admetos dalam banyak hal, termasuk membuat ternaknya berkembang pesat dan bahkan memperpanjang hidupnya. Ketika Admetos hampir mati, Apollo berhasil membujuk para Moirai, dewi takdir, untuk memberi Admetos kesempatan hidup lebih lama, selama ada orang yang bersedia menggantikan hidupnya.

Mengabdi pada Laomedon, Raja Troya

Selain melayani Admetos, Apollo juga harus mengabdi pada Laomedon, raja Troya, sebagai bagian dari hukuman lainnya. Bersama Poseidon, Apollo diperintahkan untuk membangun tembok pelindung di sekitar kota Troya. Setelah mereka menyelesaikan pekerjaan mereka, Laomedon menolak untuk membayar upah yang telah disepakati. Sebagai balasan, Apollo mengirim wabah ke Troya, sementara Poseidon mengirim monster laut untuk menghancurkan kota tersebut. Kisah ini menunjukkan betapa Apollo tidak segan-segan menghukum mereka yang tidak menepati janji.

Dari Wikibuku bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas

Apollo adalah dewa muda, putra Zeus dan nimfa Leto, sekaligus saudara kembar Artemis. Banyak orang menganggap Apollo sama dengan Helios, dewa matahari. Apollo juga adalah dewa yang pandai memainkan lira.

Apollo tidak menikah dan tak memiliki banyak anak, meskipun ia terkadang jatuh cinta. Salah satu putra Apollo adalah Asklepios, dewa pengobatan.

Kuil Apollo di Delphi merupakan orakel yang terkenal. Orang-orang berdatangan ke sana dari seluruh Yunani untuk memperoleh ramalan masa depan. Ada kisah bahwa ketika Apollo pertama kali datang ke Delphi, ada seekor ular besar, disebut Pythia, yang hidup di sana. Apollo membunuh naga itu dan semenjak itu Delphi menjadi kuilnya. Kisah ini kemungkinan mencerminkan latar belakang sejarah dimana sebelum bangsa Yunani datang dengan membawa dewa baru mereka Apollo, di Delphi ada dewi bumi yang sudah lebih dahulu disembah.

Kisah lain tentang Apollo adalah mengenai Kassandra. Ada pula kisah mengenai Helios dan Phaithon.

Helios adalah dewa matahari. Ia adalah putra Hiperios dan Theia. Bangsa Romawi mengidentikannya dengan Seol. Helios adalah saudara dewi Selene dan Eos.

Helios menikahi Perseïs (Perseis) atau Perse, putri Okeanos dan Tethis. Mereka menjadi orang tua Aietes, Kirke, dan Pasifae. Aietes adalah ayah dari penyihir Medeia.

Diodoros mengemukakan pendapat lainnya mengenai silsilah Helios. Menurutnya Helios adalah ayah dari raja Kolkhis, Aietes, dan raja Khersonesos Taurika, Perses. Perses menjadi ayah Hekate, yang merupakan seorang penyihir dan pendeta Artemis, alih-alih sebagai seorang dewi. Hekate menikahi pamannya Aietes dan menjadi ibu Kirke, Medea, dan Aigialeus.

Helios juga memiliki seorang putra lainnya bernama Faithon, serta tiga orang putri bernama Aigiale, Aigle, dan Aitheria, dari hubungannya dengan Okeanid Klimene. Dari hubungannya dengan Neaira, Helios memperoleh dua orang putri, Lampetie dan Faithusa. Kelima orang anak perempuan Helios itu dikenal sebagai Heliad.

Faithon menginginkan bukti bahwa Helios adalah ayah kandungnya. Ia meminta supaya diizinkan mengemudikan kereta surya untuk sehari. Helios sendiri sebelumnya telah berjanji akan mengabulkan permintaan Faithon sehingga ia tak kuasa menolak dan terpaksa membiarkan Faithon mengemudikan keretanya.

Ketika Faithon mulai membawa kereta berapi itu melintasi langit, kuda-kuda penariknya menyadari bahwa pengemudi mereka bukanlah orang berpengalaman. Akibatnya Faithon tak mampu mengendalikan kuda-kuda itu, sehingga menimbulkan kekacauan di langit. Zeus terpaksa menghantam Faithon dengan petirnya untuk menghentikan kekacauan itu. Akhirnya Faithon pun tewas. Para Heliad berduka atas kematian saudara mereka, dan mereka pun diubah menjadi pohon poplar.

Ketika Afrodit, yang merupakan istri Hefaistos, berselingkuh dengan Ares, Helioslah yang memberitahukan perselingkuhan itu kepada Hefasitos. Akibatnya, Afrodit membalas perbuatan Helios dengan mengutuk dua perempuan yang dicintai oleh Helios.

Helios muncul dalam beberapa cerita lainnya. Ketika Herakles pergi mencari ternak Gerion, sang pahlawan mendapati bahwa matahari terlalu panas dan ia pun mengancam akan memanah matahari. Helios, alih-alih marah, kagum atas keberanian Herakles dan memberinya mangkuk emas raksasa untuk dipakai berlayar di sekitar Spanyol.

Helios memiliki ternak di pulau Thrinakia. Ketika Odisseus dan anak buahnya berlabuh di pulau itu, anak buah Odisseus membunuh dan memakan beberapa ternak Helios meskipun telah diperingatkan oleh Odisseus untuk tidak mengganggu ternak itu. Akibat perbuatan itu, Helios marah. Pada akhirnya Zeus menghancurkan kapal Odisseus dan membunuh semua krunya kecuali Odisseus.

Di Korinthos, Helios bersaing dengan Poseidon untuk menjadi dewa utama. Rakyat Korinthos tidak mau membuat salah satu dewa marah, jadi mereka menyembah kedua dewa itu. Akrikorinthos dipersembahkan bagi Helios, sedangkan Poseidon memperoleh Tanah Genting Korinthos.

Helios adalah kakek Medeia, seorang penyihir dalam Argonautika. Ketika Medeia membalas dendam kepada pengantin baru suaminya, Glauke, serta ayah Glauke, Kreon, Helios memberi Medeia kereta perang emas yang ditarik naga, untuk kabur dari Iason dan rakyat Korinthos.

Menurut Diodoros, Helios pada awalnya adalah seorang manusia, putra Hiperion dan Basileia (Theia) dan saudara Selene. Para Titan iri kepada Basileia dan Hyperion, yang berkuasa setelah ayah mereka, Uranus, membunuh Hiperion. Para Titan lalu menenggelamkan Helios ke Sungai Eridanos. Karena saudaranya meninggal, Selene menjatuhkan dirinya dari atas dinding kota dan tewas. Helios muncul kembali dalam penglihatan ibunya, dan memberitahunya bahwa kini ia adalah dewa matahari, sedangkan Selene menjadi dewi bulan.

Dalam kepercayaan politeistik, penganutnya menyembah banyak dewa maupun dewi. Politeisme diambil dari bahasa Yunani kuno, poli artinya ‘banyak’, teis atau kata aslinya theos artinya dewa dan isme merujuk kepada sebuah ideologi.

Di setiap mitologi berbagai bangsa di dunia menganggap bahwa dewa mereka adalah berjenis kelamin laki-laki, bisa menikah dan memiliki anak. Dewa-dewa tersebut dikultuskan dan disembah-sembah oleh penganutnya karena dianggap memberikan manfaat dan kesengsaraan.

Artikel ini akan berfokus pada pembahasan mengenai dewa matahari ternyata banyak diyakini oleh berbagai bangsa kuno. Seperti apa gambaran dewa versi masing-masing bangsa. Simak lanjutannya.

Dilansir Mythology.net, Surya adalah dewa matahari sekaligus matahari itu sendiri dalam kitab suci Hindu, Weda berasal dari tahun 1500 SM dan ditulis dalam Rig Veda. Surya dipercaya dapat memberkahi petani.

Kini, banyak toko di India memiliki simbol matahari di dekat pintu rumah mereka karena dianggap membawa keberuntungan. Mantra Gayatri adalah salah satu mantra yang dihaturkan untuk dewa Surya.

Surya digambarkan dapat mengendarai kereta perang yang ditarik oleh tujuh ekor kuda. Tujuh ekor kuda melambangkan tujuh cakra (pusat spiritual) dalam tubuh manusia dan tujuh warna dalam pelangi. Surya memiliki tiga istri: dewi awan, Ragyi dan Prabha. Ia mempunyai anak kembar bernama Ashvin.

Dilansir Ancient origins, Ra adalah dewa matahari dalam mitologi Mesir kuno. Ra adalah penguasa mewakili matahari, cahaya, kerajaan dll. Ra adalah pusat segalanya yang mengendalikan kehidupan, kematian, kemakmuran dan kekeringan. Ra dianggap dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk.

Ra digambarkan seperti laki-laki dengan kepala elang di atasnya terdapat cakram matahari yang terang. Selain itu, ia adalah laki-laki berkepala domba jantan, kumbang scarab, burung phoenix dan bangau, ular dan banteng.

Menurut orang Mesir kuno, melalui keringat dan air matanya Ra, manusia tercipta. Manusia yang tak patuh terhadap Ra akan dibunuh atau memberi kekeringan massal. Oleh sebab itu, Ra harus ditenangkan dan disembah. Situs pemujaan Ra disebut Lunu yang sekarang terletak di pinggiran kota Kairo.

Baca Juga: 8 Dewa Mitologi Yunani dan Romawi yang Terkenal Jadi Nama Planet!

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Helios adalah dewa matahari dalam mitologi Yunani. Ia adalah putra dari Titan Hyperion dan Theia serta bersaudara dengan Selene, dewi bulan dan Eos, dewi fajar. Pada abad 4 masehi, kaisar Romawi, Julian menjadikannya dewa utama. Helios disembah di banyak tempat di Yunani kuno terutama di pulau Rhodes.

Istrinya bernama Perse menghasilkan anak-anak bernama Aeëtes, Circe, dan Pasiphae. Helios tinggal di istana emas di bawah laut dan mengendarai kereta perangnya berapi-api melintasi langit setiap hari dan menyebarkan cahaya matahari tanpa kenal lelah. Mengulang kegiatan tersebut untuk selamanya.

Helios adalah dewa yang dapat melihat dan mendengar segala hal dari manusia maupun dewa lainnya. Orang Yunani memanggil 3 dewa sekaligus: Helios, Zeus dan Gaia untuk menyaksikan gencatan senjata antara Yunani dan Trojan, jelas Thoughtco.

Inti adalah dewa matahari dalam mitologi Inca. Bangsa Inca menggambarkan Inti sebagai laki-laki yakni matahari, sedangkan istrinya adalah bulan. Inti memiliki kuasa atas semua makanan, tumbuhan serta hewan-hewan yang berkembang biak.

Keluarga kerajaan Inca dipercaya adalah keturunan langsung dari Apu Inti melalui penguasa Inca pertama, Manco Capac. Oleh karena itu, masyarakat menganggap keluarga kerajaan adalah setengah dewa. Saat gerhana terjadi, terkadang ada korban yang dipersembahkan untuk Inti.

Kuil matahari di Cuzco adalah tempat untuk menyembah Inti dengan nama kuilnya yakni Inti Cancha. Inti Ramyi adalah festival tahunan Inca untuk menghormati dewa Inti pada bulan ketujuh kalander Inca atau di Masehi pada tanggal 20 atau 21 Juni.

Dalam mitologi Romawi, Sol adalah dewa matahari yang selalu mengenderai kereta perang berapi melintasi langit setiap hari. Orang Romawi percaya perjalanannya di langit membawa cahaya, kehangatan dan memelihara kehidupan di bumi, dikutip Digitalmapsoftheancientworld.

Hari lahir Sol dirayakan pada festival Romawi Dies Natalis Solis Invicti pada tanggal 25 Desember. Wajah Sol Invictus terpampang pada banyak koin Romawi kuno. Sebab, banyak kaisar Romawi kuno saat itu menyukai Sol.

Masuknya agama Kristen dan berkembangnya zaman, membuat dewa Ra dilupakan di Mesir. Namun, relief, lukisan dan catatan terhadapnya masih dilestarikan. Penampilan dewa Helios digambarkan sebagai seorang pemuda dengan hiasan kepala bercahaya.

Baca Juga: 7 Makhluk Mitologi Mesir Berwujud Hewan, Mulai dari Apep hingga Ammit

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.